Lihat Semua : infografis
Simulasi Jarak yang Dibutuhkan Lokomotif untuk Berhenti
Dipublikasikan pada one year ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Yuli Nurhanisah / Desain : Irfan Nur Rahman / View : 4.443 |
Indonesiabaik.id - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menjelaskan alasan yang menyebabkan kereta api tidak dapat berhenti mendadak ketika dihadapkan dengan situasi genting. Seiring dengan alasan ini, PT Kereta Api Indonesia juga menjelaskan simulasi jarak yang dibutuhkan lokomotif untuk berhenti.
Simulasi Jarak Lokomotif Berhenti
KAI menerangkan bahwa perhitungan berikut ini adalah simulasi di wilayah Daerah Operasi 8 Surabaya. Perhitungan dapat berbeda tergantung faktor-faktor yang memengaruhi jarak pengereman
- Jika kereta melaju 120 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 860 meter
- Jika kereta melaju 110 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 750 meter
- Jika kereta melaju 100 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 505 meter
- Jika kereta melaju 90 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 480 meter
- Jika kereta melaju 80 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 379 meter
- Jika kereta melaju 70 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 336 meter
- Jika kereta melaju 60 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 221 meter
- Jika kereta melaju 50 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 157 meter
- Jika kereta melaju 45 km/jam maka dapat berhenti setelah jarak 132 meter
Kenapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak?
Kereta api tidak dapat melakukan pengereman secara mendadak karena panjang dan bobot kereta. Semakin berat dan panjang rangkaian KA, maka jarak yang dibutuhkan untuk berhenti semakin panjang.
Selain itu, sistem pengereman yang dipakai KA saat ini menggunakan jenis rem udara. Adapun, cara bekerjanya yaitu dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
Nah, meskipun kereta api saat ini dilengkapi rem darurat, tetapi tidak dapat secara langsung membuat berhenti melainkan membuat tekanan udara dan energi lebih besar.
Kemudian, ketika KA melakukan pengereman mendadak, akan ada risiko bahaya yang dapat terjadi. Pasalnya, dengan sistem pengereman tekanan udara, rem pada roda akan terhubung dengan piston dan susunan silinder.