Lihat Semua : motion_grafis
Ramadan Dibalik Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Yuli Nurhanisah / Desain : M. Ishaq Dwi Putra / View : 28.451 |
Indonesiabaik.id - Ramadan menjadi bulan yang sangat bersejarah. Sebab, detik-detik proklamasi kemerdekaan 1945 juga bertepatan dengan Ramadan. Pada 2020 ini, umat Islam di Indonesia kembali menjalankan ibadah puasa. Itu semua mengingatkan umat Islam mengenai pentingnya Ramadan sebagai starting point menuju perubahan dari masa-masa yang suram menuju masa bahagia, dari ketertindasan menuju kemenangan, dan dari kemiskinan menuju kesejahteraan.
Ramadan Dibalik Kemerdekaan Indonesia
Persistiwa – peristiwa penting menuju kemerdekaan Indonesia terjadi pada bulan Ramadan 1334 H. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk satu hari menjelang malam pertama bulan Ramadhan. Pada tanggal satu Ramadan tentara sekutu menjatuhkan bom ke kota Nagasaki yang berakibat lumpuhnya kekuatan Jepang dan berada di ambang kekalahan perang.
Keesokan harinya pada tanggal dua Ramadan, Soekarno, Hatta dan Radjiman menemui Marsekal Terauchi di Vietnam untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 6 Ramadan Jepang menyerah kepada sekutu. Hingga akhirnya para pemuda menyusun kerjasama dan siasat untuk merebut kekuasaan dari Jepang.
Pada malam harinya sekitar pukul 22.00 tanggal 7 Ramadan para pemuda yang dipimpin oleh Wikana mendatangi kediaman Soekarno untuk mendesak Proklamasi kemerdekaan dilakukan malam ini juga. Dini hari pada 8 Ramadan Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok.
Bung Karno menuturkan bahwa sejak dari Saigon, sudah merencanakan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 karena diyakini 17 merupakan angka keramat. Al- Qur’an diturunkan pada 17 Ramadan. Shalat Seharinya terdiri dari 17 Rakaat, dan diplihnya hari yang mulia, Jumat (Api sejarah 2).
Selama masa persiapan menuju kemerdekaan,Bung Karno meminta rekomendasi dari beberapa Ulama.Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan rekomendasi yang diberikan oleh K.H Abdoel Moekti dari Muhammadiyah. K.H Hasyim Asy’ari memberikan kepastian kepada Bung Karno untuk tidak takut memproklamirkan kemerdekaan.
Penculikan berakhir ketika Mr. Achmad Soebardjo menjemput Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta. Menurut Mr. Achmad Soebardjo, pukul 03.00 pada waktu sahur Ramadan teks proklamasi didiktekan oleh Bung Hatta, dan di tulis oleh Bung karno.