Lihat Semua : infografis

Antisipasi Reaksi Anafilaktik Usai Vaksinasi Covid-19


Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Yuli Nurhanisah / Desain : Chyntia Devina /   View : 7.115


Indonesiabaik.id - Fasilitas pelayanan kesehatan harus siap mengantisipasi kemungkinan kejadian anafilaktik atau syok pasca- vaksinasi Covid-19 walaupun sejauh ini reaksi anafilaksis tidak ditemukan dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia

Apa Itu Reaksi Anafilaksis?

Syok Anafilaktik atau Reaksi Anafilaktik adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat. Syok anafilaktik bisa terjadi akibat vaksinasi, meskipun jarang terjadi. Kondisi ini juga memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat.

Menurut Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), MM, guru Besar UNPAD sekaligus Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac memperkirakan kejadian anafilaktik akan terjadi di penyuntikan vaksin skala besar.

“Kalau melakukan vaksinasi 1 juta saja, 1-2 orang akan pingsan. Kalau yang disuntik 10 juta maka yang pingsan 10-20 orang, orang akan ribut, medsos bertubi tubi, media sibuk. Padahal, memang seperti itu. Jadi kita harus siap siap,” ungkapnya.

Menangani Reaksi Anafilaktik

Berikut adalah langkah penanganan anafilaktik:

  1. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat badan (massa).
  2. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio midanterolateral paha, 0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon terhadap 1-2 dosis.
  3. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
  4. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau oropharyngeal airway
  5. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada secara kontinyu dan amankan pernafasan.
  6. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
  7. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan, denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan yang diberikan. Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.


Infografis Terkait