Lihat Semua : infografis
Sejarah Banjir Besar Jakarta
Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Siap Bangun Negara / Desain : M. Ishaq Dwi Putra / View : 28.359 |
Indonesiabaik.id - Rekor curah hujan tertinggi sejak 1996 terjadi pada pergantian tahun 2019 ke 2020 dan kembali membuat Jakarta dilanda banjir besar. Sudah berapa kali ya Jakarta diserbu air bah? Restu Gunawan dalam buku 'Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa' menuliskan sejarah banjir besar di Jakarta mulai 1918.
Pada 1918, hujan turun selama 22 hari sejak Januari-Februari 1918. 4 Februari kala itu, Weltevreden (kini di sekitar Lapangan Banteng) tergenang. Lalu, permukiman Tanah Tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang, Glodok, dan daerah-daerah lain juga turut tergenang. Air mencapai 1,5 meter di beberapa tempat.
Saat itu air juga merambah ke Batavia bagian barat karena bendungan Sungai Grogol jebol. Ribuan warga harus mengungsi. Rumah-rumah di Pasar Baru, Gereja Katedral, dan Molenvliet (sekarang Lapangan Monas) akhirnya disulap menjadi lokasi pengungsian.
Kemudian, sebanyak 714.861 orang harus mengungsi saat banjir menerjang Jakarta pada 19-20 Januari 1979. Sebanyak 20 orang hilang ditelan air entah kemana. Bahkan saat bencana datang kala itu, Jakarta Selatan yang biasanya aman dari banjir menjadi tak berkutik. Pondok Pinang tenggelam ditelan air setinggi 2,5 meter. Di daerah itu 3 orang hilang. Puskesmas-puskesmas yang ada di Jakarta pun dikerahkan untuk melayani para pengungsi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam 'Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta' menuliskan, saat itu Kali Ciliwung mencapai debit puncaknya, yakni 743 meter kubik per detik. Lalu pada periode 9–11 Februari 1996, banjir yang jauh lebih luas genangannya terjadi. Ini akibat seluruh sistem prasarana drainase yang buruk. Saat itu banjir merendam Jakarta hingga setinggi 7 meter. Korban mencapai 20 jiwa.
Lalu sebanyak 24,25% dari luas wilayah Jakarta tergenang saat banjir menerjang sejak 27 Januari-1 Februari 2002. 42 Kecamatan dan 168 kelurahan tergenang. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam 'Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta' mencatat, ketinggian air saat itu mencapai 5 meter. Korban jiwa tercatat 21 orang.
Lantas pada 1 Februari 2007 malam, hujan lebat mengguyur Jakarta hingga keesokan harinya, 2 Februari 2007. Hujan lebat ditambah sistem drainase yang buruk menciptakan banjir dahsyat. 60% Wilayah Jakarta terendam. Sebanyak 80 jiwa menjadi korban dalam tempo 10 hari.
Berikutnya periode 15 – 21 Januari 2013, tercatat sebanyak 20 orang meninggal dunia setelah Jakarta diterjang banjir. Teraktual pada pergantian tahun 2019 ke 2020, tercatat sebanyak 24 orang meninggal dunia (ada yang hanyut, sakit, hingga tersengat listrik), lebih dari 31 ribu orang mengungsi, 724 wilayah terkena pemadaman listrik, serta sejumlah ruas jalan dan beberapa titik di jalan tol ditutup/tidak bisa dilewati.