Lihat Semua : videografis

[Photostory] Upia Karanji, Anyaman Songkok Khas Gorontalo


Dipublikasikan pada 6 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Abror Fauzi / Desain : M. Ishaq Dwi Putra /   View : 3.097

Indonesiabaik.id - Upia Karanji merupakan anyaman yang terbuat dari mintu, yaitu tumbuhan belukar yang tumbuh di pinggiran hutan. Proses pembuatan Upia Karanji dimulai dengan mencari mintu, dimana untuk membuat sebuah Upia Karanji dibutuhkan mintu sebanyak 15 hingga 20 batang dengan panjang berkisar antara satu hingga dua meter. Mintu yang sudah dikumpulkan kemudian dibelah menjadi empat bagian, kemudian dijemur selama enam jam untuk mengeringkan atau menghilangkan kadar air pada batang mintu. Selanjutnya mintu yang telah kering Kiraut dan dianyam menjadi Upia Karanji.

Pada awalnya, penggunaan Upia karanji oleh masyarakat Gorontalo masih sangat terbatas pada masyarakat di pedesaan ataupun pada orang tua saja. Namun sejak keluarnya instruksi Gubernur Gorontalo pada akhir tahun 2017 agar seluruh Aparatur Sipil Negara di Provinsi Gorontalo wajib menggunakan Upia Karanji, penggunaan Upia Karanji semakin populer di masyarakat. Dampaknya pun turut dirasakan oleh para pengrajin Upia Karanji. Jika sebelumnya Upia Karanji jenis kodian atau kasar hanya dihargai Rp25.000,00 perbuah, harganya saat ini melonjak hingga Rp100.000,00 perbuah. Sedangkan untuk jenis Upia Karanji yang berkualitas halus, dari Rp50.000,00 naik menjadi Rp400.000,00 perbuah.

Permintaan Upia Karanji pun semakin meningkat. Jika sebelumnya dalam seminggu seorang perajin hanya membuat satu buah Upia Karanji, karena minimnya permintaan, saat ini seorang perajin bisa membuat empat buah Upia Karanji dalam seminggu. Dalam sebulan seorang perajin Upia Karanji memperoleh pendapatan berkisar antara Rp1.500.000,00 hingga Rp2.000.000,00. Pemasaran Upia Karanji yang hanya dijual di pasar-pasar tradisional, kini telah banyak dijual di toko-toko besar dan pusat-pusat perbelanjaan modern.



Videografis Terkait