Lihat Semua : videopendek

Smong, Kearifan Lokal untuk Mitigasi Bencana


Dipublikasikan pada 2 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Nur Halimah Syafira / Desain : Randita Amalia /   View : 11.767

indonesiabaik.id Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam cukup tinggi. Berdasarkan data World risk report 2018, Indonesia menduduki urutan ke- 36 dengan indeks risiko 10,36 dari 172 negara paling rawan bencana alam di dunia.

Salah satu bencana alam terdahsyat yang terjadi di Indonesia adalah bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Gempa yang berkekuatan 9,3 skala richter (SR) ini mengakibatkan 128.645 korban jiwa, dan 37.036 orang hilang. Bencana ini telah menimbulkan kerusakan bangunan dan mengganggu aktivitas ekonomi, kegiatan pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat.

Namun, dari bencana tsunami ini, ada satu cerita menarik dari kabupaten di Aceh yang berada persis di tengah-tengah samudra, daerah itu adalah Pulau Simeulue.

Smong Menurut Bahasa Simeulue

Cerita menarik mengenai bencana tsunami dalam bahasa Simeulue disebut Smong. Smong diartikan sebagai hempasan gelombang air laut. Secara historis, Smong merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat Simeulue pada masa lalu terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.

Cerita Smong disampaikan kepada generasi muda termasuk anak-anak dalam berbagai kesempatan, seperti saat memanen cengkeh. Dulu Pulau Simeulue terkenal dengan cengkehnya, anak-anak seringkali ikut membantu orang tua mereka saat memanen cengkeh. Maka tidak heran jika setiap memanen cengkeh, kisah-kisah Smong jadi selingan di tengah kesibukan.

Smong membuat seluruh dunia berdecak kagum, pasalnya Tsunami 2004 lalu yang menyapu ribuah rumah penduduk Simeulue, hanya terdapat 3-6 orang yang meninggal dunia.

Alasan Smong diceritakan Turun-temurun

Masyarakatnya Simeulue menceritakan tentang peristiwa ini dalam nafi-nafi yang biasa diceritakan kepada anak-anak. SohIb perlu tahu, kalau nafi-nafi adalah budaya lokal masyarakat Simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat dan petuah kehidupan, termasuk Smong.

Nafi-nafi ini mengajarkan mengenai bentuk mitigasi bencana tsunami kepada masyarakat jika ada gempa kuat yang kemudian diikuti dengan air laut yang surut, segeralah lari agar selamat dari terjangan gelombang besar.

Kini media penyampaian Smong pun semakin berkembang. Kalau dulu hanya melalui nafi, namun sekarang, Smong juga diceritakan melalui Nanga-nanga dan kesenian Nandong masyarakat Simeulue. Tidak hanya itu, Smong pun disenandungkan melalui lagu dan puisi. Disaat penutur nafi-nafi sudah sedikit, media seni menjadi salah satu solusi agar kisah Smong tetap tersampaikan.

Wah menarik ya SohIB, istilah Smong bagi masyarakat Simeulue sama sekali tidak mengandung unsur menakutkan, melainkan pengajaran bagi masyarakat khususnya anak-anak terkait mitigasi bencana alam melalui nasihat dan petuah kehidupan.