Lihat Semua : infografis
Tanamkan Kesadaran Berinternet Aman Sejak Dini
Dipublikasikan pada 4 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Siap Bangun Negara / Desain : Chyntia Devina / View : 5.944 |
Indonesiabaik.id - Hasil survei menyebutkan bahwa sebanyak 83 persen orangtua di Indonesia khawatir anak mereka terpapar konten tidak pantas atau berpotensi membahayakan ketika berselancar internet. Nah, orangtua dinilai perlu segera mengajarkan kesadaran berinternet aman kepada anak mereka sejak usia dini.
Ya, pemahaman tersebut semestinya sudah diikutsertakan dalam kegiatan belajar-mengajar dalam lembaga kependidikan. Mengapa? Karena jumlah anak yang tersandung kasus (baik pelaku maupun korban) akibat penggunaan internet dan media sosial di Indonesia cukup signifikan.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia 2017-2019 menyebutkan terjadi 1.940 kasus pengaduan anak terkait pornografi dan kejahatan siber. Lalu 281 anak menjadi korban perundungan di media sosial. Kemudian 291 anak menjadi pelaku perundungan di media sosial dan 299 anak menjadi pelaku kejahatan seksual di internet.
Berikutnya ada sekitar 316 kasus pengaduan anak pelaku kepemilikan media pornografi. Lantas terdapat 329 anak menjadi korban kejahatan seksual di internet. Pun ada 426 anak menjadi korban pornografi dari media sosial.
Di satu sisi, internet memang membuka peluang bagi siapapun termasuk anak untuk bermain, belajar dan bersosialisasi. Tetapi pada saat bersamaan, anak-anak rentan mendapat risiko pemanfaatan internet yang tidak sehat. Apalagi di Indonesia, di mana data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebutkan sekitar 25,62 persen penduduk pengakses internet adalah anak usia 5 sampai 18 tahun.
Permasalahan bullying atau intimasi terhadap anak juga remaja Indonesia dinilai masih masih memprihatinkan. Terlebih lagi di era digital anak rentan terhadap cyberbullying maupun pelaku perundungan.
Pendiri Yayasan Sejiwa Diena Haryana menjelaskan, cyberbullying atau intimidasi di dunia maya merupakan segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet. Cyberbullying terjadi sejak ada di media sosial.
“Internet ibarat dua sisi mata pisau. Bisa menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan dan hal-hal positif tetapi banyak juga disalahgunakan untuk hal negatif dan merugikan pihak lain,” kata Diena di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Diena mengatakan, anak-anak penting dibekali literasi digital sehingga mereka mengetahui apa yang harus dilakukan jika menjadi korban intimidasi. Mereka juga akan punya pengetahuan untuk menghadapi jika ada temannya yang terintimidasi di dunia maya.
Sementara itu, Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Harris Iskandar menegaskan, literasi digital penting diajarkan sebagai pengetahuan dasar anak sama, seperti membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Terlebih, anak-anak generasi masa kini tumbuh besar dengan teknologi.
“Pemahaman akan literasi digital dan keamanan online serta melatih mereka untuk menjadi lebih peka akan informasi yang mereka sebarkan atau dapatkan, dan bagaimana bersikap dalam dunia maya menjadi sangatlah penting untuk mengurangi risiko kejahatan siber,” ungkap Harris.
Untuk itu, Harris mengapresiasi program Tangkas Berinternet yang diinisiasi Google Indonesia dan Yayasan Sejiwa. Tangkas Berinternet juga menjadi pasangan paling pas dari program kemerdekaan belajar yang diusung Mendikbud Nadiem Makarim, karena kemerdekaan tanpa keamanan itu rentan.
Google meluncurkan program Tangkas Berinternet dalam bentuk kurikulum yang bisa diakses dengan mudah di g.co/tangkasberinternet. Materi Tangkas Berinternet ini diharapkan dapat meningkatkan literasi digital anak, orang tua, hingga guru di sekolah.
Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia, Putri Alam menjelaskan, program ini tidak hanya sekadar berhenti di kurikulum, tapi juga akan dilanjutkan dengan pelatihan kepada guru dan orang tua. Putri menyebut, program ini memuat lima topik penting agar anak-anak Cerdas, Cermat, Tangguh Bijak dan Berani Berinternet.
"Selain lima topik tersebut, Tangkas Berinternet juga menyediakan permainan berbasis web yang dapat membantu mengajarkan konsep literasi digital dan keamanan online kepada anak-anak dengan bantuan guru dan orang tua," kata Putri dalam peluncuran Tangkas Berinternet di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin, 10 Februari 2020.