Lihat Semua : infografis
Jejak Sejarah Sumpah Pemuda Beda Kongres Pemuda I dan II
Dipublikasikan pada 26 days ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Rahayu Saraswati / Desain : Irfan Nur Rahman / View : 504 |
Indonesiabaik.id - Sejarah Sumpah Pemuda, yang dirumuskan dan diikrarkan pada 28 Oktober 1928, bermula dari pelaksanaan Kongres Pemuda 1 dan 2. Meskipun sama-sama mengusung tujuan persatuan bangsa, terdapat beberapa perbedaan Kongres Pemuda 1 dan 2. Melalui 'Kongres Pemuda', pemuda dari berbagai suku, agama, dan daerah bersatu dengan kesadaran bahwa mereka adalah satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Ikrar kebangsaan inilah yang kemudian dikenal sebagai "Sumpah Pemuda".
Sejarah Singkat Kongres Pemuda I
Tokoh penggagas Kongres Pemuda I, yakni Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, seorang wartawan dari Koran Hindia Baroe.
Selaku promotor pertemuan Kongres Pemuda 1, Tabrani juga merangkap tugas sebagai ketua. Kala itu, hanya ada dua poin tujuan dari kongres, yakni memajukan pemahaman tentang persatuan dan mempererat hubungan antara organisasi kepemudaan.
Kongres Pemuda 1 dihadiri oleh sejumlah perwakilan organisasi pemuda, dari Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Studerende Minahasers, hingga Pemuda Kaum Theosofie.
Kongres yang diadakan selama tiga hari, 30 April-2 Mei 1926, diperdengarkan pidato berjudul “Indonesia Bersatu” yang berisi anjuran tentang persatuan. Ada juga pidato “Kemungkinan-kemungkinan untuk bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Kemudian Hari”, yang dibawakan Mohammad Yamin. Terakhir, ada juga pembahasan terkait keagamaan yang mesti saling toleransi meskipun berbeda-beda.
Sejarah Singkat Kongres Pemuda 2
Kongres Pemuda 2 berlangsung pada 27-28 Oktober 1928, dipimpin oleh Soegondo Djojopusito, yang menjabat sebagai ketua, dan wakilnya, RM Djoko Marsaid.
Pada 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, ketua Kongres Pemuda 2 Soegondo Djojopuspito memberi sambutan “Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu”. Kemudian Mohammad Yamin kembali menyampaikan pidato tentang “Persatuan dan Kesatuan”. Kemudian, ditanggapi oleh Suwiryo bahwa persatuan tersebut juga bisa diciptakan melalui bahasa Indonesia.
Pada hari berikutnya, 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop (pagi hari) dan di Gedung Indonesische Clubgebouw (sore hari). Pertama, Poernamawoelan, yang membahas tentang pendidikan demokratis yakni ““Di Indonesia ini, mesti lebih banyak perubahan-perubahannya dalam segala apapun juga. Kita harus membuang jauh-jauh itu tabiat mempermanja anak-anak kita”. Kemudian, Abdoellah Sigit, membahas budaya membaca pada pendidikan anak-anak.
Kemudian sore harinya. Sartono dan Soenario menjabarkan tentang pentingnya nasionalisme atau rasa cinta tanah air. Mereka berdua juga menyampaikan ihwal persatuan bangsa.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” oleh Wage Rudolf Supratman melalui lantunan biola. Lagu tersebut disambut dengan sangat antusias oleh peserta kongres. Kemudian kongres ditutup dengan pembacaan sebuah keputusan oleh Sugondo Djojopuspito. Keputusan ini dirumuskan oleh Mohammad Yamin.