Lihat Semua : infografis
Yuk, Selamatkan Nyawa dengan Plasma
Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Rosi Oktari / Desain : Ananda Syaifullah / View : 4.061 |
indonesiabaik.id - Plasma konvalesen dinilai efektif sebagai upaya untuk penyembuhan pasien COVID-19.
Mengapa Harus Donor?
Di antara pasien COVID-19 yang telah menerima donor plasma konvalesen, banyak yang mengalami kesembuhan bahkan mengalami perkembangan kesehatan yang cukup signifikan.
Plasma darah yang mengandung antibodi ini diberikan kepada pasien COVID-19 dengan harapan dapat memperkuat perlawanan sistem imun pasien terhadap virus SARS-Cov2. Dengan begitu maka hasilnya, sistem imun dapat mencegah perkembangan penyakit dan mempercepat penyembuhan.
Dengan melihat manfaatnya untuk penyembuhan itu, tentu saja plasma menjadi teramat dibutuhkan. Sayangnya, persediaan plasma konvalesen tidak mencukupi permintaannya. Antrean permintaan dengan persediaannya tidak sebanding.
Bisa dibayangkan jika melihat data Unit Donor Darah Pusat PMI, pada 12 Juli, antrean mencapai 53.592, sementara persediaannya hanya sebanyak 89 kantong. Dalam hal ini, diharapkan masyarakat penyintas COVID-19 bersedia dan tidak ragu untuk mendonorkan plasma darahnya demi membantu sesama.
Peran Plasma Konvalesen
Menurut Manajer Kualitas UDD PMI dokter Saptuti Chunaeni, plasma konvalesen merupakan terapi tambahan yang digunakan untuk membantu kesembuhan pasien COVID-19.
Adapun efektivitas plasma konvalesen ini dipengaruhi ketepatan waktu pemberian ini kepada pasien. Sebaiknya, kata Saptuti, diberikan sedini mungkin, pada saat H3 – H12, tentunya dengan penyakit penyerta (komorbid) belum berat dan juga belum masuk tahap kritis dengan ventilator. Berikut kandungan dan perannya dalam plasma:
- Antibodi Imunoglobulin G (IgG) yang ada pada plasma konvalesen berperan untuk melawan Virus SARS-CoV-2 dengan menurunkan jumlah virus yang ada di dalam tubuh pasien COVID-19.
- Kandungan protein lainnya yang terdapat di dalam plasma konvalesen berguna untuk menjaga sel tetap utuh sehingga organ hati, ginjal, paru, jantung tidak rusak membuat pasien tidak jatuh ke kasus lebih berat/ kritis dan mencegah tidak terjadi long COVID yaitu gejala sisa yang dapat dirasakan penyintas seperti masih sesak, dan sebagainya walaupun hasil PCR sudah negatif.