Lihat Semua : infografis
BUN 500 , Tingkatkan Pendapatan Petani Rp1.000 T
Dipublikasikan pada 5 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Siap Bangun Negara / Desain : Chyntia Devina / View : 2.150 |
Indonesiabaik.id - Kebijakan dan program Kementan tidak hanya berhasil meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan nilai ekspor. Hasilnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dapat membangun perubahan yang membanggakan.
Ya, kenaikan tajam nilai ekspor Mei 2019 dan semester I tahun ini merupakan hasil pemfokusan program Kementan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi. Untuk mendorong ekspor, salah satunya Kementan mengeluarkan kebijakan mempermudah perizinan eskpor dengan waktu pengurusan singkat, yakni sekitar 3 jam. Padahal sebelumnya membutuhkan waktu yang cukup lama yakni 312 jam.
Sementara itu Data BPS mencatat, PDB sektor pertanian naik Rp400 triliun sampai Rp500 triliun. Sementara itu, total akumulasi mencapai Rp1.370 triliun. Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB pertanian adalah peningkatan ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9 sampai 10 juta ton. Jika pada 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton. Ekspor kita meningkat itu atas kerja keras kita semua
Karena itu Kementerian Pertanian terus mendorong pertumbuhan ekspor khususnya hasil perkebunan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program pemberian bibit unggul sebesar 500 juta batang dalam kurun lima tahun ke depan. Bibit Bun-500 itu diyakini akan menumbuhkan nilai ekspor di sektor pertanian dari komoditas perkebunan. Dan tentu berharap selain penumbuhan ekspor yang tinggi akan berdampak terhadap pendapatan petani. Menteri Pertanian Amran memperkirakan pendapatan petani (dengan adanya Bun 500) bisa meningkat Rp 1.000 triliun per tahun.
Untuk mencapai pertumbuhan ekspor perkebunan yang lebih ekspansif, Kementan melakukan identifikasi terhadap sejumlah komoditas ekspor perkebunan yang diminati pasar global. Adapun bibit unggul pilihan yang diprioritaskan antara lain kopi, lada, cengkeh, pala, kakao, karet, kelapa dalam, tebu, teh, dan jambu mete.
Pemberian bibit unggul akan ditentukan berdasarkan keunggulan komparatif di suatu wilayah. Keunggulan komparatif tersebut meliputi iklim pertanian, struktur tanah, topografi, serta budaya masyarakat setempat. Penyesuaian pemberian bibit dengan wilayah setempat akan memudahkan petani berproduksi sebab sudah familiar dengan komoditas yang dibudidayakan. Misalnya wilayah Aceh dengan kopi, Maluku dengan pala dan cengkeh, Riau dengan sawit, Kalimantan Tengah dengan kakao dan karet, serta wilayah-wilayah lainnya.