Lihat Semua : videografis
Pembangunan 25 Pabrik BioCNG Diklaim Bisa Dorong Transisi Energi
Dipublikasikan pada 2 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Rosi Oktari / Desain : Alfin Ardian / View : 1.933 |
indonesiabaik.id - Pembangunan proyek "Transisi dan Dekarbonisasi Energi Terbesar di Indonesia & Asia Tenggara" dimulai.
Pembangunan 25 Pabrik BioCNG
Proyek "Transisi dan Dekarbonisasi Energi Terbesar di Indonesia & Asia Tenggara" merupakan upaya pemanfaatan biogas dari limbah perkebunan sawit dalam skala besar atau industri dalam bentuk BioCNG (Bio-Compressed Natural Gas). Lokasinya berada di Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Proyek ini didirikan oleh PT. United Kingdom Indonesia Plantation, Blangkahan POM.
Pengolahan limbah sawit menjadi CNG tersebut diproyeksi bisa menghasilkan gas yang bahkan bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar menggantikan LPG, sekaligus bisa menekan impor.
Dalam hal ini, Unilever Oleochemical Indonesia akan membeli Bio-CNG ini untuk menggantikan bahan bakar fosil demi mempercepat tercapainya target Net Zero Emission. PT Unilever akan menjadi yang pertama di Asia/Indonesia yang menggunakan Bio-CNG untuk menggantikan bahan bakar fosil dalam skala besar.
Dampak Bagi Lingkungan
Pada tahap I direncanakan akan dibangun sebanyak 25 Pabrik Bio-CNG. Kapasitas energi yang dihasilkan dari pembangunan itu diperkirakan akan menghasilkan pengurangan 3,7 juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun. Masing-masing berkapasitas 15.500 M3 BioCNG/hari dan jika digabung totalnya 387.000 M3 Bio-CNG.
Pengembangan Proyek Bio-CNG di industri kelapa sawit akan membantu perkebunan/pabrik kelapa sawit mengurangi emisi karbon, mengatasi masalah limbah serta membantu industri terdekat untuk lebih memanfaatkan EBT sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan dekarbonisasi.
Pembangunan ini juga dinilai akan berkontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan energi baru terbarukkan (EBT) menjadi sumber energi serta mendorong percepatan pencapaian target bauran energi terbarukan 23% pada tahun 2025.