Lihat Semua : infografis
Urgensi Pengembangan Vaksin COVID-19
Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Rosi Oktari / Desain : Abdurrahman Naufal / View : 2.369 |
Indonesiabaik.id - Indonesia menempuh kebijakan double track dalam penanganan pandemi COVID-19 ini khususnya dalam pengembangan vaksin. Ada yang dari luar negeri seperti Sinovac, Sinopharm, CanSino. Sementara satunya lagi berasal dari buatan mandiri anak bangsa bernama Vaksin Merah Putih.
Vaksin karya anak bangsa ini dikembangkan dengan menggunakan platform yang berbeda, tidak hanya oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tetapi juga dikembangkan oleh beberapa pihak lain seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gajah Mada.
Beda Vaksin Merah Putih
Menurut Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro, vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan menggunakan isolat virus COVID-19 yang bertransmisi di Indonesia, berbeda dengan Sinovac dan Sinopharm yang menggunakan isolat virus dari negara asalnya, China. Indonesia sendiri mengembangkan vaksin Merah Putih dengan 7 Platform pengembangan, di antaranya;
-
Platform Subunit protein rekombinan mamalia based dan yeast based
-
Inactivated Virus
-
Protein rekombinan fusi
-
Protein rekombinan
-
DNA, MRNA, Virus-Like-Particles
-
Adenovirus
-
Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-Based
Urgensi Pengembangan Vaksin
Sementara itu, Vaksin Merah Putih terus dikembangkan sebagai upaya jangka menengah-panjang dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan vaksin Indonesia dikemudian hari. Adapun penggunaan vaksin-vaksin yang dikembangkan di luar negeri merupakan upaya jangka pendek yang dapat segera dilakukan pemerintah. Pengembangan vaksin sebagai bentuk kemandirian bangsa terus dilakukan oleh anak bangsa.
Masyarakat diharapkan dapat menerima vaksin COVID-19 baik yang dikembangkan di luar negeri maupun vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan di dalam negeri. Pandemi yang terjadi saat ini tidak dapat dikendalikan apabila herd immunity tidak terjadi karena ketiadaan vaksin. Sejatinya vaksin tidak hanya berguna untuk satu individu saja melainkan untuk seluruh masyarakat, disinilah pentingnya solidaritas dan kekompakan kita semua meyakini bahwa vaksin merupakan kebutuhan publik.